Kamis, 13 September 2018

Lele Banyak Yang Bilang Jorok, Ini Alasan Sesungguhnya Lele Hidup Di Air Keruh

Lele Banyak Yang Bilang Jorok, Ini Alasan Sesungguhnya Lele Hidup Di Air Keruh

https://newskorandays.blogspot.com/2018/09/lele-banyak-yang-bilang-jorok-ini.html


AGEN POKER Lele mempunyai sifat yang berbeda dibandingkan ikan lainnya yang kerap dikonsumsi, misalkan ikan nila. Air yang digunakan untuk membudidayakan lele selalu terlihat keruh dan penuh lumpur. Sedangkan kolam nila cenderung bersih yang memungkinkan ikan bisa dilihat langsung.

Dosen Fakultas Perikanan UGM Triyanto menjelaskan, kolam yang keruh lebih cocok dengan sifat lele daripada yang jernih. Lele sebetulnya adalah binatang malam yang tidak terlalu suka sinar matahari. Lele bisa stres jika hidup diair bersih, karena terlihat manusia dan kena sinar matahari langsung, katanya.

Kolam keruh pada teknik budidaya sekarang berbeda dengan masa sebelumnya. Teknik budidaya sekarang mengharuskan ada nya aerator dalam kolam untuk menjaga kecukupan oksigen bagi lele. Aerator juga mengaduk lumpur dalam kolam sehingga lele tetap terhindar dari stres. Sementara kolam pada Zaman dahulu dibuat asal dan cendrung keruh karena tanah atau sampah.

Masyarakat tak perlu ragu makan lele meski hidup diair keruh. Asal bersih dari sampah dan memiliki kecukupan oksigen, keruhnya air tak menurunkan kualitas lele. Tentunya proses budidaya yang lain juga harus berjalan baik, misal cukup pemberian pakan bernutrisi.

Lele kerap mengalami stigma karena hidup di air keruh dan cenderung memiliki pola hidup pemakan segala (omnivora). Faktanya lele sarat protein, vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh. Tentunya lele harus dibudidayakan dengan baik untuk memaksimalkan manfaatnya.

Di jejaring sosial, banyak yang beredar informasi yang menyebut lele sebagai ikan paling jorok. Dalam sesuap daging ikan lele, terkandung 3.000 sel kanker, benarkah?

Julukan sebagai ikan paling jorok merujuk pada sifat lele yang doyan mengonsumsi segala jenis limbah diperairan. Bahkan sebuah artikel yang cukup viral diinternet menyebutkan kotoran manusia juga dijadikan pakan pada sebuah budidaya lele di Kota Haikou, China. Sementara itu di habitat aslinya, lele atau catfish juga dikenal sebagai spesies ikan yang sangat tangguh. Ikan ini dilengkapi alat pernapasan tambahan berupa labirin, sehingga mampu bertahan hidup dalam kondisi perairan berlumpur atau bahkan tercemar. Agaknya, fakta inilah yang memunculkan dugaan soal akumulasi racun karsinogen (penyebab kanker ditubuh ikan lele.

Untungnya, ikan lele yang beredar di pasaran bukan berasal dari alam liar. Lele banyak dibudidayakan dikolam-kolam, yang mestinya bisa dikendalikan agar bebas dari pencemaran. Pakan yang di berikan juga bisa dipilih tidak harus mengandalkan limbah. Yang pastinya, popularitas ikan bersungut ini tidak pernah pudar, bahkan terus meningkat. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut produksi lele pada 2013 mencapai 543.461 ton, meningkat dari 441.217 ton pada 2012 dan 337.577 ton pada 2011.

Konsumsi ikan lele menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat 29,98 kg/kapita/tahun, naik dari 22,58 kg/kapita/tahun pada 2004. Di Jakarta, tak kurang dari 6.000 lapak pecel lele telah terdaftar di Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI). Soal kandungan nutrisi, tak bisa dipungkiri bahwa lele adalah sumber protein berharga yang murah meriah. Fakta bahwa ikan lele juga rendah kolesterol sepertinya bakal menenggelamkan tudingan bahwa lele bisa memicu kanker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah Ada seorang SPG di Samarinda, Kalimantan Timur yang harus berurusan dengan ap...