Minggu, 30 Juni 2019

Rasa Nikmat Di Kampus Dengan Guru Semok

Rasa Nikmat Di Kampus Dengan Guru Semok

Rasa Nikmat Di Kampus Dengan Guru Semok

Sejalan dengan waktu, kini aku bisa kuliah di universitas keinginanku. Namaku Soni, sekarang aku tinggal di Yogyakarta dengan fasilitas yang sangat baik sekali. Kupikir aku cukup beruntung bisa bekerja sambil kuliah sehingga aku mempunyai penghasilan tinggi. Berawal dari reuni SMA ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan guru bahasa inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu Sani masih segar bugar dan amat menggairahkan. Penampilannya amat menakjubkan, dan memakai rok mini yang ketat, kaos tank top sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami.

Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita. Cukup lama aku ngobrol dengan Ibu Sani, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.

Tiba-tiba Ibu Sani teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Sani pun mengambil tasnya kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu Sani memanggilku.

Hei Kenapa Son? tanya Bu Sani. Ah.. tidak apa-apa, jawabku. sebetulnya suasana hening dan amat merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu Sani di sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar.
Ayo Son kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan, kata Ibu Sani.. Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya, jawabku dengan ragu-ragu. Terima kasih Son!. jawab Ibu Sani. Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Sani bahwa aku suka kepadanya, Oh my God what i'm doing, dalam hatiku. Ternyata keadaan berkata lain, Ibu Sani terdiam saja dan langsung keluar dari ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf.

Ibu Sani ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Sani. Kami berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Sani mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Aku semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Sani menolak. Aku merasa tidak enak lalu menunggunya, kurangkul pundak Ibu Sani, dengan cepat Ibu Sani hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Sani menciumku dan aku pun membalasnya.

Ohh.., alangkah senangnya aku ini,, lalu dengan cepat aku menciumnya dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Sani tak mau kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya yang besar, Ibu Sani terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Sani memainkan tangannya ke arah batang penisku sehingga aku sangat terangsang. Lalu aku meminta Ibu Sani membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah, BH nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.

Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu Sani setengah telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya. Aku pun membuka baju sehingga badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Sani, Soni, Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Son, tutup pintunya dulu dong!, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik.

Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Ibu Sani. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang amat minim. Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Sani menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.

Mau apa kau sshh,, sshh, tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat. Ooo,, oh.. oh.., desis Ibu Sani keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan liang kenikmatannya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam. Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir vaginanya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Ibu Sani makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya. Aahh,, Kamu pintar sekali Son. Belajar dari mana hh,, tanya Ibu Sani sambil mendesah.

Tanpa sungkan-sungkan Ibu Sani mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersendak. Semula Ibu Sani seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa?, Pacarmu??, tanyanya diantara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar.

Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak merepotkanku, BH nya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok mininya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan putih mulus. Nggak adil,, kamu juga harus telanjang.. Ibu Sani pun melucuti kaos, celanaku, dan terakhir celana dalamku. Batang kemaluanku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas meja, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya.

Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Sani mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya.

Gantian dong.. Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluanku masuk ke rongga mulutnya. Justru di situ nikmatnya.., Selama ini sama suami Ibu main seksnya gimana??, tanyaku sambil menciumi payudaranya.

Ibu Sani tak menjawab. Dia malah mencium bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri. Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah ingin segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu Sani agak gemetar.

Ohhhh,,, desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kemaluanku masuk ke liang kenikmatannya. Setelah seluruh batangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang. Tiga menit setelah kugenjot, Ibu Sani menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan batang kemaluanku kutingkatkan.
Ooohhh,, ahh,, hmm,, sssh, desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya.

Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat. Sekarang Ibu berbalik. Menungging di atas meja.., sekarang kita main doggie di atas meja ok! Aku mengatur badannya dan Ibu Sani menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya. Gaya apa lagi ini?? tanyanya.

Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari belakang. Ibu Sani kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari mantan suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami pun istirahat. Semenjak saat itu kami sering berjumpa dan berhubungan badan, kadang kami ke hotel atau bercinta di rumah Ibu Sani. Karena Ibu Sani sudah cerai, dia hanya tinggal sendiri di rumah nya dan itu mebuat aku mendapat kesempatan. Sampai Ibu Sani mengandung anak dari darah daging ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah Ada seorang SPG di Samarinda, Kalimantan Timur yang harus berurusan dengan ap...