Jumat, 21 Desember 2018

Masjid Itu Tempat Suci Bukan Untuk Pengeroyokan Kata MUI

Masjid Itu Tempat Suci Bukan Untuk Pengeroyokan Kata MUI

Masjid Itu Tempat Suci Bukan Untuk Pengeroyokan Kata MUI

AGEN POKER Muhammad Khaidir (23) Mahasiswa yang tewas dikeroyok warga di sebuah masjid di kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, karena disangka maling oleh seorang warga. Majelis Ulama Indonesia (MUI) prihatin atas peristiwa tersebut.

Pertama kami sangat prihatin dengan kejadian tersebut, apa pun alasannya perbuatan main hakim sendiri itu tidak dibenarkan dan hal itu bertentangan dengan ajaran agama dan hukum positif kita, kata Waketum MUI Zainut Tauhid Sa'adi lewat pesan singkat, pada hari Senin.

Kata waketum MUI Zainut Tauhid, Apalagi perbuatan penganiayaan tersebut dilakukan di lingkungan masjid, sebuah tempat yang sangat kita sucikan, imbuhnya.

Zainut Tauhid begitu menyayangkan karena peristiwa pengeroyokan itu terjadi di lingkungan masjid yang merupakan tempat yang disucikan karena merupakan tempat ibadah.

Dia mengatakan perbuatan main hakim sendiri hingga menyebabkan hilangnya nyawa merupakan tindakan kriminal. Tindakan itu juga jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan agama.

Seharusnya pelaku yang disangka maling itu cukup ditangkap dan diserahkan kepada aparat kepolisian untuk diproses secara hukum, karena negara kita adalah negara hukum, ucap Zainut Tauhid.

Zainut Tauhid meminta para pelaku harus diproses hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai hukum yang berlaku di negara Indonesia.

Sebelumnya diberitakan, peristiwa pengeroyokan terhadap Khaidir terjadi pada hari Senin pekan lalu. Mahasiswa itu dikeroyok sejumlah orang di dalam dan di luar masjid seperti maling, dipukul menggunakan balok kayu dan tangan kosong.

Khaidir sempat dibawa ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan awal namun karena lukanya cukup parah akhirnya Khaidir meninggal dunia. Polisi masih menunggu hasil autopsi untuk memastikan tewasnya korban.

Dalam kasus ini, polisi telah menetapkan 10 orang tersangka. Namun, polisi terus mengembangkan keterangan dari para tersangka.

Kapolres Gowa AKBP Shinto Silitonga mengaku saat ini belum mendapatkan informasi secara cover both side karena tak ada keterangan pembanding dari pihak korban. Polisi berencana memeriksa keluarga korban untuk mengetahui karakter psikologinya.

Kepada polisi, para tersangka melakukan penganiayaan karena adanya perusakan di dalam masjid yang dilakukan korban. Namun, Shinto mengatakan massa ramai datang ke masjid karena RDN yang merupakan marbut menggunakan pengeras suara dengan mengatakan ada maling di masjid.

Fakta-fakta yang kita lihat memang ada kaca yang pecah. Berdasarkan keterangan dari para pelaku, perusakan dilakukan korban. Tapi kita belum dapat fakta lain karena kita sedang mengumpulkan informasi. Yang paling pasti, latar belakang hadirnya korban direspons oleh warga dengan provokasi dengan melalui pengeras alat suara dan kemudian menimbulkan hadirnya massa. Serta melakukan atau melampiaskan dengan melakukan penganiayaan bersama-sama, ungkap AKBP Shinto saat dihubungi oleh wartawan, pada hari Senin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah Ada seorang SPG di Samarinda, Kalimantan Timur yang harus berurusan dengan ap...