Sebuah Suku Di Amazon Yang Terancam Punah Karena Perkembangan
AGEN POKER Sebuah suku di Amazon adalah misteri yang melegenda pada saat ini. Bukan hanya soal bentang alam atau legenda setempat, tapi kehidupan suku-suku di dalamnya yang belum tersentuh oleh dunia luar atau dunia modern saat ini. Apa yang kamu bayangkan saat mendengar kata Amazon? Pasti kebanyakan menjawab hutan yang sangat luas atau sungai-sungai panjang dengan habitat ikan piranha. Faktanya, Amazon lebih besar dari perihal tersebut.
Yang juga menarik dibahas dari Amazon adalah kehidupan suku-sukunya. Oh tunggu begini, Amazon merupakan suatu hutan belantara dengan luas 7 juta km persegi. Lokasinya di Benua Amerika Latin dan masuk di 9 negara, dari Brasil 60 persen hutan Amazon ada di negara ini lalu Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Perancis. Organisasi International, suatu organisasi yang peduli akan kehidupan suku-suku di dunia seperti dilihat oleh wartawan yang meliput atau membahas Amazon, pada hari Kamis mencatat ada sekitar 1 juta orang lebih yang terbagi dalam 400 suku di Hutan Amazon.
Suku-suku tersebut sudah menempati hutan Amazon sejak 400 tahun silam. Menariknya, terdapat 100 suku yang belum tersentuh dunia luar! Kebanyakan, suku-suku yang belum tersentuh dunia luar itu menempati hutan Amazon yang masuk wilayah Brasil. Menariknya, ada dua hal mengapa mereka seolah terisolasi.
Yang pertama adalah, karena akses yang sulit dijangkau. Tak ayal, hutan Amazon yang lebat menjadi rintangan berat untuk bisa bertemu dengan suku-suku tersebut. Perjalanan masuk ke pedalaman hutannya bisa memakan waktu berbulan-bulan. Alasan kedua, adalah karena suku-sukunya memang tidak mau keluar dari wilayahnya. Mereka sudah nyaman hidup di dalam hutan, dengan bahasa, budaya dan kehidupan mereka sendiri.
Salah satunya yang sempat mencuri perhatian dunia adalah di tahun 2011 silam. Tepatnya di kawasan Vale do Javari bagian barat dari hutan Amazon perbatasan Brasil dan Peru, suatu pesawat berisikan para peneliti dari Brasil menangkap kehidupan salah satu suku Amazon yang belum terdata!
Badan mereka terlihat berwarna kemerahan. Di tangan mereka, ada panah dan tombak. Tampaknya, mereka dibuat keheranan dengan pesawat yang terbang di atas rumahnya. Kehidupan mereka masih sangat tradisional. Masih berburu di alam dan rumahnya dari tumpukan kayu dan jerami.
Peran Pemerintah Brasil
Pada Tahun 1987, pemerintah Brasil membentuk Funai (Fundacao Nacional do Indio) alias National Indian Foundation. Badan ini dibentuk untuk mendata suku-suku di Hutan Amazon. Funai juga turun tangan langsung untuk memberikan pelayanan kesehatan, donasi makanan serta berbagai hal demi keberlangsungan hidup suku-suku di Hutan Amazon. Tercatat, suku-suku pedalaman di Hutan Amazon yang belum tersentuh menempati kawasan seluas 14 juta hektar!
Funai juga berperang dengan para penebangan kayu dan pemburu ilegal. Usut punya usut, hal-hal itulah yang mengancam kehidupan suku-suku di Amazon. Malah tak sedikit, kasus suku-suku Amazon dibantai oleh para penebang kayu dan pemburu ilegal. Maka Funai bertugas untuk melawannya dan pemerintah Brasil pun menindak tegas. Walau tak dipungkiri, kejahatan-kejahatan itu sulit terbendung.
Hal unik, Funai tidak akan melakukan kontak pada suku-suku di pedalaman Hutan Amazon yang memang menolak dunia luar. Meski demikian, Funai terus memantau kehidupannya, sembari berjaga dari serangan para penebang kayu dan pemburu.
Pemerintah Brasil juga tidak memaksakan untuk bertemu pada suku-suku yang mengisolasi diri di hutan Amazon. Toh kembali pada hakikatnya, mereka punya kehidupan sendiri dan biarlah jadi misteri.
Amazon terkenal dengan suku-sukunya yang tidak terjamah dari luar dunia. Tapi yang ini kebalikannya, salah satu sukunya justru terancam punah. Amazon merupakan suatu hutan belantara dengan luas 7 juta km persegi. Lokasinya di Benua Amerika Latin dan masuk di 9 negara, dari Brasil (60 persen hutan Amazon ada di negara ini) lalu Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Perancis.
Sekitar 400 suku hidup menempati Amazon. 300 Sukunya sudah terdata, 100 sukunya masih belum terjamah. Namun salah satu suku di sana, justru punya cerita yang menyedihkan. Suku Guarani namanya.
Dilansir dari Organisasi International, suatu organisasi yang peduli akan kehidupan suku-suku di dunia pada hari Sabtu suku Guarani merupakan salah satu suku terbanyak populasinya di Amazon. Mereka menempati negara Paraguay, Bolivia dan selatan Brasil.
Suku Guarani terbuka dengan dunia luar. Buktinya, 500 tahun lalu mereka menyambut dengan baik para penjelajah Eropa. Meski begitu, hingga kini mereka masih mempertahankan adat dan budayanya. Mereka masih percaya akan roh leluhur, memberlakukan hukum adat dan lain semacamnya. Bahkan mereka punya julukan 'land without evil' artinya tidak ada kejahatan di dalam kehidupan sukunya.
Sama seperti suku-suku lainnya di Amazon, Suku Guarani hidup dengan cara berkebun dan berburu. Mereka memilih pesisir sungai sebagai tempat tinggalnya, yang memudahkan untuk mobilisasi.
Terancam Punah
Sayang, 1 dekade terakhir adalah masa kelam suku Guarani. Khususnya, mereka yang hidup di bagian selatan Brasil harus berjuang hidup. Mereka harus melawan oknum-oknum yang ingin menguasai tempat tinggalnya! Oknum-oknum tersebut ingin menguasi tempat tinggal suku Guarani untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit, perkebunan tebu, pabrik dan lain-lain. Diming-imingi tempat tinggal lain, meski ujung-ujungnya mendapat kehidupan yang tidak layak.
Suku Guarani menolak keras. Bagi mereka, tanah tempat tinggalnya yang sudah ditempati para leluhur adalah tempat tinggal untuk selamanya. Celakanya, oknum-oknum itu mengambil cara anarkis dengan usir paksa dan memakai senjata. Tidak tanggung-tanggung, sering kali orang-orang dari suku Guarani diculik dan dibunuh.
Tonico Benites, perwakilan dari suku Guarani menyebut, sejak tahun 2009 tercatat 1.000 pemuda dari suku Guarani meninggal. Kejam! Ini adalah suatu pembunuhan massal, kata Tonico.
Organisasi International menyebut, 47 ribu masyarakat suku Guarani menetap di kawasan selatan Brazil. Sampai saat ini pemerintah Brazil belum mengambil langkah konrit untuk memecahkan masalah dan menjamin kehidupan suku Guarani.
Sedihnya lagi, orang-orang suku Guarani pun memilih jalan bunuh diri dibanding harus pergi dari tempat tinggalnya. Kembali ke Tonico, dia berharap pemerintah Brazil benar-benar memperhatikan suku Guarani yang merupakan masyarakat asli Amazon.
Dulu kami menempati wilayah seluas 4 juta hektar, tapi kini tinggal 200 ribu hektar saja. Kami harus terus berjuang untuk hidup dan kami tidak akan pergi ke tempat lain untuk mengemis. Kami punya segalanya di tanah kami dan jika masalah ini terus terjadi, mungkin suku Guarani akan punah 10 tahun mendatang nanti, tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar