Selasa, 07 Mei 2019

Hasil Analisa Kriminolog Dalam kasus Mayat Dalam Koper

Hasil Analisa Kriminolog Dalam kasus Mayat Dalam Koper

Hasil Analisa Kriminolog Dalam kasus Mayat Dalam Koper

Sudah terhitung delapan hari sejak penemuan mayat dalam koper di Blitar. Hingga kini kepolisian masih belum bisa menangkap sang pelaku mutilasi Budi tersebut. Seorang dari kriminolog angkat bicara mengenai kasus tersebut. Dari salah satu kriminolog dari Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya Kristoforus Laga Kleden mengatakan, ada beberapa motif yang melatarbelakangi pembunuhan dengan cara mutilasi itu. Dia menyebut kasus tersebut bukan hal baru di Tanah Air. Pada kasus pembunuhan itu atau tindak pidana pembunuhan mutilasi bukan sesuatu yang baru ya, beberapa tahun belakangan ini sudah sering terjadi di seluruh wilayah. Pada kasus pembunuhan yang dimutilasi dimasukkan dalam karung dimasukkan dalam kresek dalam kotak dan sebagainya itu boleh dibilang sudah sering terjadi. Dalam pertanyaannya itu kan motifnya apa, kata Kristoforus kepada wartawan di Surabaya, pada hari Kamis.

Mas Kristoforus menambahkan, pembunuhan tersebut kemungkinan besar dilatarbelakangi hal-hal yang bersifat private. Menurutnya mas Kristoforus, sebelum pelaku ditangkap maka akan sulit menyimpulkan motif yang melatarbelakangi mutilasi itu. Saya mau bilang motifnya bisa dibilang dilatarbelakangi oleh hal-hal yang sifatnya sangat private yang mungkin saja orang tidak tahu. Kasus tersebut yang paling tahu adalah pelaku itu sendiri, lanjutnya. Mas Kristoforus menambahkan pembunuhan yang diikuti dengan mutilasi juga bisa terjadi karena adanya dendam atau kemarahan yang teramat besar pada korban. Kemungkinan ada dendam sifatnya begitu besar bisa saja atau motif itu adalah ungkapan kemarahan terhadap korban, imbuh Kristoforus.

Mas Kristoforus mengatakan pembunuhan dengan mutilasi bisa juga diartikan sebagai ancaman atau peringatan. Dia melihat, ada kemungkinan pelaku ingin menekankan jika dirinya bisa melakukan apa saja termasuk hal yang paling sadis. Pelaku melakukan dengan cara dimutilasi kemudian dimasukkan dalam koper ini sebuah peringatan, boleh dibilang begitu ini adalah peringatan bahwa saya bisa melakukan apa saja termasuk saya melakukan mutilasi ini, jelasnya. Dari sisi lain Kristoforus berpendapat, dalam kejahatan bisa saja korban pembunuhan bukan lah sasaran utama. Menurutnya, kadangkala ada pelaku yang mendendam kepada orang lain, namun justru membunuh korban sebagai peringatan kepada orang tersebut.

Ini yang bisa saya katakan bahwa boleh saja suatu bentuk kemarin dari si pelaku ungkapan kemarahan, ungkapan emosi dari pelaku terhadap korban atau terhadap situasi di sekitar korban tapi korban ini menjadi sasaran, ungkapnya. Hingga bisa saja menjadi pesan bahwa ada orang lain ada sasaran lain yang belum tercapai. Sehingga kemudian sifatnya menjadi pesan ini menjadi ancaman itu di satu sisi, tambah Kristoforus. Dari sisi lain, pelaku sengaja melakukan hal ini karena belajar dari kasus yang pernah terjadi sebelumnya. Misalnya saja mutilasi ini akan lebih mudah menghilangkan jejak dan sebagainya.

Kalau di sisi lain ini cara-cara semacam ini, cara yang ditiru oleh pelaku bisa saja menjadi cara yang dilakukan pelaku karena ternyata cara semacam ini akan sulit untuk mengungkapkan siapa pelakunya. Kemungkinan si pelaku meniru cara ini sehingga sampai delapan hari ini kan masih belum tertangkap pelakunya, pungkasnya. Saat ini misteri pembunuh Budi Hartanto (28) yang ditemukan dimutilasi dan dibuang di dalam koper masih menjadi misteri. Sudah 8 Hari setelah ditemukan meninggal, pelaku pemutilasi mayat dalam koper tak juga ditemukan.

Melihat hal ini, Kriminolog dari Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya Kristoforus Laga Kleden mengatakan dalam teorinya, ada kemungkinan pelaku akan kembali ke tempat kejadian perkara (TKP) tersebut. Tetapi pada dasarnya seseorang yang biasanya melakukan kejahatan, pada saat bersamaan atau selang beberapa saat kemudian dia akan kembali TKP (Mayat dalam koper) di mana terjadinya kejadian tersebut, papar Kristoforus kepada wartawan di Surabaya, pada hari Kamis.

Mas Kristoforus menyebut lokasi kejadian bisa saja di rumah korban atau TKP pembunuhan. Dia menambahkan secara teori, pelaku pasti ada di sekitarnya. Di mana sesungguhnya kalau polisi belum menemukan siapa pelakunya, secara teori ternyata bahwa si pelaku itu ada di sekitar lokasi kejadian. Katakan saja lokasi kejadian ini korban ini berasal dari mana, rumahnya di mana, paling tidak bahwa si pelaku ada di sekitar situ, jelasnya.

Sipelaku berkutat di sekitar situ. Tidak kemungkinan pelaku berada di lokasi di mana dia membuang kotak atau koper yang berisi mutilasi tadi. Tapi di mana tempat tinggal korban, pelaku itu biasanya berkutat di sekitar situ," imbuh Kristoforus. Pada saat ditanya apa alasan pelaku kembali ke TKP ? Mas Kristoforus memaparkan jika pelaku biasanya akan penasaran dengan respons keluarga dan masyarakat sekitar saat kehilangan korban maupun harta bendanya. Karena dia akan kembali melihat di sekitar situ dengan pertanyaannya begini apa reaksi masyarakat setempat kalau misalnya korban itu kehilangan beberapa benda, merasa menyesal tidak dengan kehilangan beberapa motor misalnya. Atau mereka merintih, menangis, menjerit dia ingin melihat seperti itu. Dalam kasus ini kan dia membunuh ya. Pelaku ingin melihat reaksi orang sekitar seperti apa, pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah Ada seorang SPG di Samarinda, Kalimantan Timur yang harus berurusan dengan ap...