Minggu, 28 Oktober 2018

Dijaman Teknologi Peternak Sapi Memakai Aplikasi Ini Untuk Mendapatkan Harga Susu Yang Adil

Dijaman Teknologi Peternak Sapi Memakai Aplikasi Ini Untuk Mendapatkan Harga Susu Yang Adil

https://newskorandays.blogspot.com/2018/10/dijaman-teknologi-peternak-sapi-memakai.html


AGEN POKER Kang Jajang memakai topi khas gunung dan jaket merah untuk menahan udara dingin Pangalengan, peternak sapi, Jajang, mengendarai motornya menuju Milk Collection Point (MCP) Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS).

Tangannya cekatan menurunkan wadah berwarna perak yang diikatkan di jok belakang. Wadah tersebut berisi produksi susu segar yang dihasilkan dari ternak sapinya pada hari itu.

Barisan peternak sudah mengantre untuk menimbang produksi susu yang mereka bawa. Tiba gilirannya, Jajang langsung menuangkan susu ke wadah besar yang terletak di atas timbangan digital. Juru timbang mencatat hasilnya di sebuah ponsel yang terkoneksi secara digital.

Di tangan Jajang, ponsel pintar sudah siap. Jumlah timbangan susu yang dibawa hari itu langsung muncul di layar ponselnya. Dia juga segera mengetahui jumlah pendapatan dari produksi susu yang ia bawa.

Proses transaksi itu tercatat melalui aplikasi yang disebut Milk Collection Point Mobile (MCPB). MCPB ini dirancang KPBS untuk memudahkan para peternak yang membawa produksi susunya. Dengan begitu mereka bisa mengetahui jumlah dan pendapatan yang mereka peroleh saat itu juga.

Ini cara yang sangat memudahkan saya melihat hasil susu yang saya bawa. Hanya dengan membawa handphone saya bisa tahu berapa pendapatan saya hari ini. Semua transaksi terekam dalam aplikasi, kata Jajang dalam keterangan tertulis.

KPBS yang berdiri sejak 1969 merupakan koperasi peternak sapi perah beranggotakan sekitar 2.800 peternak sapi dari Kecamatan Pangalengan, Kertasari, Pacet dan Kabupaten Bandung.

Jumlah populasi sapi yang dimiliki anggota adalah sebanyak 13.000 ekor dan 7.650 ekor. Dari jumlah populasi tersebut, koperasi mampu menghasilkan 2,5 juta kg produksi susu per bulan.

Sejak 2015, pengurus KPBS melakukan perubahan dari sistem konvensional ke arah digitalisasi. Model konvensional yang dijalankan KPBS sebelumnya membuat koperasi sulit berkembang.

Hal ini terlihat dari model peternakan sapi perah yang masih tradisional, proses pengolahan susu yang membutuhkan waktu lama, risiko kerusakan yang susu tinggi, biaya penanganan susu yang sangat mahal, jangkauan pasar yang masih terbatas, dan proses administrasi yang masih sederhana.

Ketua Umum KPBS, Aun Gunawan, mengatakan suatu keharusan bagi KPBS untuk membangun sistem pelayanan dan usaha yang terintegrasi teknologi. Tujuannya untuk meningkatkan daya saing namun tidak meninggalkan fungsi koperasi. KPBS juga membangun sebuah sistem yang disebut Enterprise Resources Planning (ERP).

Digitalisasi yang sudah dilakukan di antaranya penyimpanan data (cloud server), digitalisasi penerimaan susu dari anggota/peternak melalui Milk Collection Point (MCP) dan Milk Collection Point Mobile (MCP-M), digitalisasi pendistribusian barang pakan, digitalisasi pelayanan kesehatan hewan, serta digitalisasi informasi pendapatan dan simpanan anggota.

Sekarang KPBS sedang memasuki era digitaliasi, kata Aun. Era digitalisasi ini telah memberikan banyak manfaat bagi KPBS, di antaranya menjaga mutu, memberi informasi yang lebih cepat dan akurat, meminimalisir kesalahan, meningkatkan kepercayaan anggota dan pelanggan, koordinasi yang lebih baik, memiliki standar pelayanan, dan dapat diakses di mana pun.

Keberadaan MCP dengan sistem digital bertujuan untuk menjaga jumlah Total Plate Count (TCP) atau jumlah terendah bakteri yang terkandung dalam susu. Semakin rendah nilai TPC yang terkandung di dalam susu segar, semakin tinggi kualitasnya. Dengan sistem tersebut, peternak akan mendapatkan harga susu yang adil dan sesuai dengan kualitas susu yang dihasilkan.

Ada pula hal terpenting dari penerapan sistem digital ini, yaitu peningkatan penghasilan peternak. Peternak memperoleh jumlah yang akurat dan harga yang adil.

Produksi susu segar dari KPBS saat ini terkenal dengan kualitasnya yang baik dan ditunjang dengan kualitas iklim Pangalengan yang ideal untuk sapi perah. Karena itu, KPBS memiliki kemitraan dengan beberapa pabrik pengolahan susu.

Kinerja KPBS yang baik ini telah diganjar dengan Penghargaan Bakti Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.

Permintaan sangat tinggi namun produksi masih terbatas, kata Aun yang pernah menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia tahun 2017.

Aun mengatakan di samping memproduksi susu untuk dipasok ke mitra, KPBS juga memanfaatkan pasar untuk produk turunan susu yang masih terbuka. KPBS juga sudah mengembangkan bisnis diversifikasi produk susu segar seperti yoghurt, makanan ringan, dan produk lainnya.

Koperasi yang memiliki Unit BPR ini pun tengah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja, termasuk terus mempertahankan mutu susu segar dan meningkatkan produksi. Aun menegaskan kesejahteraan peternak dan anggota adalah tujuan utama dalam pengembangan usaha dan berbagai diversifikasi usaha yang dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah Ada seorang SPG di Samarinda, Kalimantan Timur yang harus berurusan dengan ap...