Sabtu, 29 Juni 2019

Sensasi Bermalam Dialam Terbuka Besama Teman-teman


Sensasi Bermalam Dialam Terbuka Besama Teman-teman

Inilah yang terjadi kurang lebih lima tahun lalu, saat itu kelompok kami 4 lelaki dan 2 perempuan melakukan pendakian gunung. Rencananya kami akan merayakan pergatian tahun, jadi kami bertahun baru melakukan kemping dan bermalam. Saat di tempat yang kami ingin daki hari telah sore, kami segera mendirikan tenda di tempat yang strategis dan aman.

Setelah semuanya selesai, kami sepakat bahwa tiga lelaki orang harus mencari kayu bakar, sisanya tinggal di perkemahan. Aku, Bobby, dan Soni memilih mencari kayu bakar, sedangkan Fadli, Lia dan Bulan tetap tinggal di tenda. Baru beberapa langkah kami beranjak pergi, tiba-tiba Bulan memanggil kami, katanya dia ingin ikut kelompok kami saja alasannya masuk akal, dia tidak enak hati sebab Fadli adalah pacar Lia, dan Bulan tidak ingin kehadirannya di tenda menganggu acara mereka di tenda. Karena Fadli dan Lia tidak keberatan di tinggal berdua, kami (Aku, Bobby, Soni, dan Bulan) segera melanjutkan perjalanan mencari kayu bakar.

Ada beberapa hal yang perlu aku ceritakan kepada pembaca tentang dua orang teman wanita kami. Lia sifatnya sangat lembut, dewasa, pendiam dan keibuan. Sifat ini bertolak belakang dengan Bulan. Mungkin karena dia anak bungsu dan ketiga kakaknya semua lelaki, jadi Bulan sangat di manja, tapi terkadang tomboy. Tapi dibalik semua itu, kami semua mengakui bahwa Bulan sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Lia.

Tidak berapa lama, sampailah kami pada tempat yang di tuju, lalu kami mulai mengumpulkan ranting-ranting kering. Sambil mengumpulkan ranting, kami membicarakan apa yang sedang dilakukan Fadli dan Lia dalam tenda. Tentu saja pembicaraan kami menjurus ke arah hal hal porno. Setelah cukup apa yang kami cari, Bobby mengusulkan mandi dulu ke sungai yang tidak berapa jauh dari tempat kami berada. Bulan boleh ikut, tapi harus menunggu di atas tebing sungai sementara kami bertiga mandi. Bulan tentu saja tidak ikut mandi. Singkat kata, sampailah kami pada sungai yang dituju. Aku, Bobby dan Soni turun ke saungai, lalu mandi di situ. Dan Bulan kami suruh duduk di atas tebing dan jangan sekali kali mengintip kami.

Ketika sedang asyik-asyiknya kami mandi di air sungai, tiba-tiba kami mendengar Bulan menjerit karena terjatuh daru atas tebing. Tubuhnya menggelinding sampai akhirnya tercebur ke dalam air. Cepat-cepat kami berlari mencoba menyelamatkan Bulan kami mandi hanya membuka baju dan celana panjang, sedangkan celana dalan tetap kami pakai. Bobby yang pandai berenang segera menjemput Bulan, lalu menariknya dari air menuju tepi sungai. Aku dan Soni menunggu di atas. Sampai di tepi sungai, tubuh Bulan basah kuyup. Sepintas kulihat Bobby menyentuh dada Bulan. Karena Bulan memakai kaus basah, aku dapat melihat dengan jelas lekuk-lekuk tubuh Wulan yang sangat menggairahkan.

Bulan merintih memegangi lutut kananya. Aku dan Soni terpaku tidak tau apa yang harus kami lakukan, tapi Bobby yang pernah ikut kegiatan penyelamatan dengan sigap membuka ikat pinggang Bulan lalu mencopot celana jeans Bulan sampai lutut. Bulan berteriak sambil mempertahankan celananya agar tidak melorot. Sungguh, saat itu aku tidak tau apa sebenarnya yang hendak Bobby lakukan terhadap Bulan. Segalanya berjalan begitu cepat dan aku tidak menyimpan tuduhan negatif terhadap Bobby. Aku hanya menduga, Bobby hendak memeriksa luka Bulan. Tapi dengan melorotnya jeans Bulan sampai lutut, kami dapat melihat dengan jelas celana dalam Wulan yang berwarna cream dan berenda, kontan penis ku bangun.

Bobby memerintahkan aku dan Soni memengangi kedua tangan Bulan, seperti di hipnotis kami menurut saja. Bulan semakin meronta sambil mengancam, Bob, apa-apaan sih? lepaass,, lepass!, atau aku teriak! ucap Bulan. Soni secepat kilat membungkam mulut Bulan dengan kedua telapak tangannya, Bobby setelah berhasil mencopot celana jeans Bulan, sekarang mencopot celana dalam Bulan. Sampai detik ini, akhirnya aku tau apa sebenarnya yang sedang terjadi. Aku tidak berani melarang Bobby dan Soni, karena selain aku sudah merasa terlibat, aku juga sangat terangsang saat melihat kemaluan Bulan yang lebat di tumbuhi rambut-rambut hitam keriting.

Bulan semakin meronta dan mencoba berteriak, tapi cengkraman tanganku dan bungkaman Soni membuat usahanya sia sia belaka. Bobby segera berlutut di antara kedua belah paha Bulan. Tangan kirinya menekan perut Bulan, tangan kanannya membimbing penisnya manuju kemaluan Bulan. Bulan semakin meronta, membuat Robby kesulitan memasukkan penisnya ke dalam lubang vaginanya Bulan. Soni mengambil inisiatif. Dia lalu duduk mengangkangi tepat di atas dada Bulan sambil tangannya terus mengbungkam mulut Bulan. Tiba-tiba Bulan berteriak keras sekali. Rupanya Bobby berhasil merobek selaput dara Bulan dengan penisnya. Secara cepat Bobby menggerak-gerakan pinggulnya maju mundur. Untuk beberapa menit lamanya Bulan meronta, sampai akhirnya dia diam pasrah. Yang dia lakukan hanya menangis terisak-isak.

Soni melepaskan telapak tangannya dari mulut Bulan karena dia merasa Bulan tidak akan berteriak lagi. Lalu dia mencoba menarik kaus Bulan ke atas. Di luar dugaan, Bulan kali ini tidak mengadakan perlawanan, hingga Soni dan aku dapat melepaskan baju dan BH nya. Luar biasa, tubuh Bulan dalam keadaan telanjang bulat sangat membangkitkan birahi. Tubuhnya mulus, dan buah dadanya sangat montok. ungkin ukurannya 36B.

Soni segera menjilati puting susu Wulan, sementara aku melihat Bobby semakin kesetanan mengoyak-ngoyak vagina Bulan yang beberapa saat yang lalu masih perawan. Aku sangat terangsang, lalu aku mulai memaksa mencium bibir Bulan. Ugh, nikmat sekali bibirnya yang dingin dan lembut itu. Aku melumat bibirnya dengan sangat bernafsu. Aku tidak tahu apa yang sedang Bulan rasakan. Aku hanya melihat, matanya polos menerawang jauh langit di atas sana yang menguning pertanda malam akan segera tiba. Tangisnya sudah agak mereda, tapi aku masih dapat mendengar isak tangisnya yang tidak sekeras tadi. Mungkin dia sudah sangat putus asa, shock, atau mungkin juga menikmati perlakuan kasar kami.

Tiba-tiba aku mendengar Bobby menjerit tertahan. Tubuhnya mengejang. Dia menyemprotkan sperma banyak sekali ke dalam vagina Bulan. Setengah menit kemudian Bobby beranjak pergi dari tubuh Bulan lalu tergeletak kelelahan di samping kami. Soni menyuruhku mengambil giliran kedua. Aku bangkit menuju Vagina Bulan. Sepintas aku melihat sperma Robby mengalir ke luar dari mulut vagina Bulan. Warnanya putih kemerahan. Rupanya bercak-bercak merah itu berasal dari darah selaput dara (hymen) Bulan yang robek. Tanpa kesulitan aku berhasil memasukkan penis ke dalam vaginanya. Rasanya nikmat sekali. Licin dan hangat bercampur menjadi satu. Dengan cepat aku mengocok-ngocok penisku maju mundur. Aku mendekap tubuh Bulan. Payudaranya beradu dengan dadaku. Dengan ganas aku melumat bibir Bulan. Soni dan Bobby menyaksikan atraksiku dari jarak dua meter. Beberapa menit kemudian aku merasakan penisku sangat tegang dan berdenyut-denyut. Aku sudah mencoba menahan agar ejakulasi dapat diperlama, tapi sia-sia. Spermaku keluar banyak sekali di dalam vagina Bulan. Aku peluk erat Tubuh Bulan sampai dia tidak dapat bernafas.

Setelah puas, aku berikan giliran berikutnya kepada Soni. Aku lalu duduk di samping Bobby memandangi Soni yang dengan sangat bernafsu menikmati tubuh Bulan. Karena lelah, kurebahkan tubuhku telentang sambil memandangi langit yang semakin menggelap.

Beberapa menit kemudian Soni ejakulasi di dalam vagina. Setelah Soni puas, ternyata Bobby bangkit kembali nafsunya. Dia menghampiri Bulan. Tapi kali ini dia malah membalikkan tubuh Bulan hingga tengkurap. Aku tidak tahu apa yang akan diperbuatnya. Ternyata Bobby hendak melakukan anal seks. Bulan menjerit saat anusnya ditembus penis Bobby. Mendengar itu Bobby malah semakin kesetanan. Dia menjambak rambut Bulan ke belakang hingga muka Bulan menengadah ke atas. Dengan sigap Soni menghampiri tubuh Bulan. Aku melihat Soni dengan sangat kasar meremas-remas buah dada Bulan. Bulan mengiba, Aduhh.., sudah dong Bob.., ampun.., sakit Bob. Tapi Bobby dan Soni tidak menghiraukannya.

Oh, sempit sekali, teriak Bobby mengomentari lubang dubur Bulan yang lebih sempit dari vaginanya. Setiap Bobby menarik penisnya aku lihat dubur Bulan monyong. Sebaliknya saat Bobby menusukkan penisnya, dubur Bulan menjadi kempot. Tidak lama, Bobby mengalami ejakulasi yang kedua kalinya. Setelah puas, sekarang giliran Soni menyodomi Bulan. Melihat itu aku jadi kasihan juga terhadap Bulan. Di matanya aku melihat beban penderitaan yang amat berat, tapi sekaligus aku juga melihat sisa-sisa ketegarannya menghadapi perlakuan ini.

Setelah Soni puas, Bobby dan Soni menyuruhku menikmati tubuh Bulan. Tapi tiba-tiba timbul rasa kasihan dalam hatiku. Aku katakan bahwa aku sudah sangat lelah dan hari sudah menjelang gelap. Kami sepakat kembali ke perkemahan. Bobby dan Soni segera berpakaian lalu beranjak meninggalkan kami sambil menenteng kayu bakar. Bulan dengan tertatih-tatih mengambil celana dalam, jeans, lalu mengenakannya. Aku tanyakan apakah Bulan mau mandi dulu, dan dia hanya menggeleng. Dalam keremangan senja aku masih dapat melihat matanya yang indah berkaca-kaca. Kuambil T-Shirtnya. Karena basah, aku mengepak-ngepakkan agar lebih kering, lalu aku berikan T-Shirt itu bersama-sama dengan BH-nya. Bobby dan Soni menunggu kami di atas tebing sungai. Setelah Bulan dan aku lengkap berpakaian, kami beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Bobby dan Soni berjalan tujuh meter di depanku dan Bulan.

Di perkemahan, Fadli dan Lia menunggu kami dengan cemas. Lalu kami mengarang cerita agar peristiwa itu tidak menyebar. Untunglah Fadli dan Lia percaya, dan Bulan hanya diam saja. Tepat tengah malam di saat orang lain merayakan pergantian tahun baru, kami melewatinya dengan hambar. Tidak banyak keceriaan kala itu. Kami lebih banyak diam, walau Fadli berusaha mencairkan keheningan malam dengan gitarnya. Esoknya, pagi-pagi sekali Bulan minta segera pulang. Kami maklum lalu segera membongkar tenda. Untunglah sesampainya di kota kami, Bulan merahasiakan peristiwa ini. Tapi tiga bulan berikutnya Bulan menghubungiku dan dia dengan memohon meminta aku bertanggung jawab atas kehamilannya. Aku sempat kaget karena belum tentu anak yang dikandungnya itu adalah anakku. Tapi raut wajahnya yang sangat mengiba, membuatku kasihan lalu menyanggupi menikahinya.

Satu bulan berikutnya kami resmi menikah. Bulan minta agar aku memboyongnya meninggalkan kota ini dan mencari pekerjaan di kota lain. Sekarang anak kami sudah dapat berjalan. Lucu sekali. Matanya indah seperti mata ibunya. Kadang terpikir untuk mengetahui anak siapa sebenarnya anak kami ini. Tapi kemudian aku menguburnya dalam-dalam. Aku khawatir kebahagiaan rumah tangga kami akan hancur bila ternyata kenyataan pahitlah yang kami dapati.

Akhir Desember kami menikmati pergantian tahun baru di rumah saja. Peristiwa ini kembali menguak kenangan buruknya. Matanya berkaca-kaca. Aku memeluk dan membelai rambutnya. Beberapa menit kemudian, dalam dekapanku dia mengaku bahwa sebelum peristiwa itu terjadi, sebenarnya dia sudah jatuh cinta padaku. Dia ikut mencari kayu bakar karena dia ingin bisa dekat denganku. Ya Tuhan, aku benar-benar menyesal. Pengakuannya ini membuat hatiku pedih tak terkira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah Ada seorang SPG di Samarinda, Kalimantan Timur yang harus berurusan dengan ap...