Sabtu, 17 November 2018

Pemerintah Perlu Lakukan Ini Untuk Kelola 2 Taman Nasional Di Sukabumi

Pemerintah Perlu Lakukan Ini Untuk Kelola 2 Taman Nasional Di Sukabumi 



Kota Sukabumi, Jawa barat memiliki dua kawasan kaki gunung yang meliputi Gede-Pangorango dan Halimun-Salak yang merupakan kawasan taman nasional yang dilindungi. Kedua ekowisata tersebut merupakan potensi yang patut dikembangkan menjadi tujuan wisata special tourism. Menurut Ketua Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata Kemenpar David Makes, untuk meningkatkan ekowisata taman nasional harus ada sinergitas antara Kemenpar, KLHK serta semua stakeholder lainnya.

Untuk itu digelar lah Bimbingan Teknis (Bimtek) Pemandu Interpretasi Ekowisata Hutan pada 13-14 November 2018 di Lido Lake Resort dan Hutan Bodogol. Bimtek ini harus punya goal. Goalnya apa? Yakni peningkatan kunjungan wisman dan wisnus di ekowisata. Ini harus ada sinergi antara pariwisata dan KLHK. Dalam hal ini Kemenpar tak bisa bekerja sendiri harus bersinergi dengan UPT KLHK, investor, pemda dan masyarakat, ujar David Makes, dalam keterangan tertulis, pada hari Rabu (14/11/2018).

Dia mengakui, kontribusi pariwisata dari ekowisata ini memang masih minim. Untuk itu ia pun meminta agar seluruh stakeholder dapat meningkatkan pemanfaatan hutan konservasi dan produksi sebagai wisata alam. Kita bisa kok, terlebih kita punya banyak taman nasional yang memiliki potensi wisata luar biasa, ujar David.

Kami berharap kita bisa juara paling tidak di Asia Pasific. Karena itu, standar pengelolaan harus world class. Nah salah satunya kita adakan Bimtek ini dalam rangkaian usaha ke sana, imbuh dia. Dengan adanya Bimtek ini, ia berharap peserta bisa mendapat ilmu dan tips bagaimana menjadi pemandu interpretasi ekowisata yang berkualitas dunia.

Mereka paling tidak bisa meng-upgrade kemampuan mereka dari para narasumber sehingga mereka bisa mengaplikasikannya di lapangan. Karena mereka yang berhadapaan langsung dengan wisman dan wisnus, ujar David. Selain David, Bimtek digelar dengan menghadirkan narasumber yang terdiri dari Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Kementerian LHK Wahju Rudianto (diwakili Wasja SH ), Praktisi Ekowisata Teguh Hartono serta Konsultan Pariwisata dari British Council Wiwien Tribuwani Wiyonoputri.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan mendukung acara Bimtek yang digelar di kawasan Lido Sukabumi ini. Ia berharap acara ini dapat memicu perkembangan ekowisata yang semakin meningkat. Selain itu juga bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga alam. Ia pun mengakui kalau ekowisata di Sukabumi memiliki potensi besar wisata alam.

Posisi Sukabumi sebenarnya menciptakan cross selling antara Jakarta dan Jawa Barat. Jadi, sudah sangat tepat menggelar Bimtek di Sukabumi karena kemajuan ekowisata di Jawa Barat juga nantinya akan berdampak terhadap daerah lainnya, kata dia. Arief menambahkan, pendekatan ekowisata adalah patokan yang paling bagus untuk Sustainable Tourism Development (STD). Sebab, hutan harus dilestarikan agar terjadi keberlanjutan pariwisata.

Pariwisata alam yang dijual itu kemurniannya. Kelestariannya. Hutan semakin lestari, maka semakin banyak wisatawan yang ingin berkunjung. Semakin banyak wisatawan berkunjung, maka dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar dipastikan akan semakin sejahtera, ungkapnya.

Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Rizki Handayani, mengatakan, Bimtek yang digelar ini adalah bagian penting untuk memberikan pencerahan kepada pelaku industri pariwisata yang berbasis konservasi alam atau ekowisata.

Melalui Bimtek ini para pengelola diharapkan tak sekadar mampu meningkatkan selling point, tetapi juga mampu menjaga dan melestarikan alam, hutan yang menjadi obyek wisatanya. Kesadaran untuk menjaga dan melestarikan hutan ini juga harus ditransfer ke wisatawan yang berkunjung sehingga mereka tak sekadar puas bisa menikmati keindahan alam ini tetapi muncul kecintaan untuk menjaganya, kata Rizki.

Menurutnya, ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata berwawasan lingkungan. Dengan mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal, serta pembelajaran dan pendidikan. Jadi kita harus menjaganya bersama-sama untuk pariwisata berkelanjutan. Ini butuh kerja sama semua pihak. Perlu juga kerja sama unsur penthahelix, yakni akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media, ujar Rizki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah

SPG Di Kaltim Mencuri Kosmetik Hingga Ratusan Juta Rupiah Ada seorang SPG di Samarinda, Kalimantan Timur yang harus berurusan dengan ap...